WARGA DUKUH SOKABNGASA ADAKAN 'NYURAN'
Administrator 07 Agustus 2022 20:21:08 WIB
Malam 1 Suro merupakan hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Sura atau Suro. Tradisi sakral ini berkaitan dengan budaya Jawa. Penyebutan kata 'Suro' bagi orang Jawa ialah bulan Muharam dalam kalender Hijriah. Kata tersebut berasal dari kata 'Asyura' dalam bahasa Arab dan dicetuskan oleh pemimpin Kerajaan Mataram Islam, Sultan Agung.
Namun, Sultan Agung masih memadupadankan penanggalan Hijriah dengan tarikh Saka, tujuannya dapat merayakan keagamaan diadakan bersamaan dengan seluruh umat Islam dan menyatukan masyarakat Jawa yang terpecah saat itu antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam).
Mengutip lama Kemendikbud, ada latar belakang dijadikannya 1 Muharam sebagai awal penanggalan Islam oleh Khalifah Umar bin Khathab, seorang khalifah Islam di jaman setelah Nabi Muhammad wafat.
Awal dari afiliasi ini, konon untuk memperkenalkan kalender Islam di kalangan masyarakat Jawa. Maka tahun 931 H atau 1443 tahun Jawa baru. Yakni, pada jaman pemerintahan kerajaan Demak, Sunan Giri II, telah membuat penyesuaian antara sistem kalender Hirjiyah dengan sistem kalender Jawa pada waktu itu.
Waktu itu, Sultan Agung menginginkan persatuan rakyatnya untuk menggempur Belanda di Batavia, termasuk ingin menyatukan Pulau Jawa. Oleh karena itu, dia ingin rakyatnya tidak terbelah, apalagi jika disebabkan keyakinan agama.
Sultan Agung Hanyokrokusumo ingin menyatukan kelompok santri dan abangan. Pada setiap hari Jumat Legi, dilakukan laporan pemerintahan setempat sambil dilakukan pengajian yang dilakukan oleh para penghulu kabupaten, sekaligus dilakukan ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel dan Giri.
Mulai dari situ, 1 Muharram (1 Suro Jawa) yang dimulai pada hari Jumat Legi ikut dikeramatkan. Bahkan, akan dianggap sial kalau ada orang yang memanfaatkan hari tersebut di luar kepentingan mengaji, ziarah, dan haul.
Berdasar sejarah di atas dan sebagai wujud 'nguri uri kebudayan', maka warga Dukuh Sokabangsa Dusun Sokaraja Desa Badamita memaknai tahun baru islam ini dengan menyelenggarakan tradisi 'nyuran' yang di isi dengan acara pengajian dan pembagian santunan bagi anak yatim dan piatu dan diakhiri dengan makan bersama atau 'kepungan'.
Formulir Penulisan Komentar
Sinergitas Program
Layanan Mandiri
Silahkan datang ke Kantor Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.
Masukan NIK dan PIN
Komentar Terkini
Statistik Pengunjung
Hari ini | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Kemarin | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Jumlah pengunjung | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
- MENGAPA GURU DIJULUKI SEBAGAI PAHLAWAN TANPA TANDA JASA?
- SOSIALISASI BIDANG HUKUM DAN PEMBENTUKAN DESA RESTORATIVE JUSTICE
- LANGKAH TIM VOLI PUTRA KECAMATAN RAKIT TERHENTI DI BABAK PENYISIHAN PORADES 2023
- BOLA VOLI PUTRI KECAMATAN RAKIT GUGUR DI BABAK KEDUA PENYISIHAN PORADES 2023
- KECAMATAN RAKIT RAIH JUARA 3 CABOR TENIS MEJA PORADES 2023
- TIM SEPAK BOLA KECAMATAN RAKIT DERITA KEKALAHAN PADA PERTANDINGAN PERDANA PORADES 2023
- Keberadaan Tokoh Masyrkt, Agama, Adat, Pemuda, Kaum Perempuan Yg Mendorong Upaya Pencegahan Tindak P