GURUKU PAHLAWANKU

Administrator 15 Agustus 2016 00:39:51 WIB

Dua hari lagi tepat 71 tahun negeri kita tercinta Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun Kemedekaan. Banyak hal yang sudah dicapai bangsa ini di usianya yang ke 71. Akan tetapi sangat miris rasanya ketika menjelang HUT RI yang ke 71 ini kita mendengar ataupun membaca berita tentang adanya persistiwa pelcehan atas profesi guru. Terakhir adalah peristiwa kekerasan oleh mur dn wali murid terhadap guru di Makasar pada tanggal 10 Agustus 2016.

Apakah bangsa ini sudah kehilangan karakternya sebagai bangsa yang beradab? apakah bangsa ini sudah tidak lagi menghargai profesi seorang guru? inilah beberapa pertanyaan yang muncul dalam benak saya. Saya berharap persitiwa seperti ini tidak terulang kembali.

Kita mestinya belajar dari bangsa Jepang, di tengah kemajuan teknologi yang begitu pesat mereka masih memegang teguh budaya hormat kepada guru. Kita tentu masih ingat sejarah Jepang Pasca di bom atom oleh Amerika. Melihat seorang guru seperti melihat sebuah masa depan cerah yang telah dijanjikan untuk dunia ini. Ingatkah kita ketika Jepang pernah terpuruk dengan hancurnya kota Nagasaki dan Hiroshima oleh bom Amerika. Jepang saat itu lumpuh total, korban meninggal mencapai jutaan, belum lagi efek radiasi bom tersebut yang dalam perkiraan membutuhkan 50 tahun untuk menghilangkan itu semua. Maka Jepang terpaksa menyerah kepada sekutu, dan setelah itu Kaisar Hirohito mengumpulkan semua jendral masih hidup yang tersisa menanyakan kepada mereka “Berapa jumlah guru yang tersisa?“. Para jendral pun bingung mendengar pertanyaan Kaisar Hirohito dan menegaskan kepada Kaisar bahwa mereka masih bisa menyelamatkan dan melindungi Kaisar walau tanpa guru. Namun, Kaisar Hirohito kembali berkata, “Kita telah jatuh, karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam senjata dan strategi perang. Tapi kita tidak tahu bagaimana mencetak bom yang sedahsyat itu. Kalau kita semua tidak bisa belajar bagaimana kita akan mengejar mereka? Maka kumpulkan sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok kerajaan ini, karena sekarang kepada mereka kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan.”

Betapa bernilainya seorang guru di mata Kaisar saat itu sama seperti betapa bernilainya guru saat ini. Jepang menjadi negara maju seperti saat ini tak lepas dari pengaruh dan campur tangan guru. Tanpa guru, mungkin Jepang saat ini akan tetap terpuruk dan takkan menjadi salah satu negara yang ditakuti oleh negara lain. Bahkan saat ini, Jepang telah menjadi ancaman serius untuk negara yang pernah menjadikkannya terpuruk, yakni Amerika. Kemajuan Jepang tersebut hanyalah sebuah ilustrasi dan pengibaratan yang sangat sederhana tentang pentingnya sosok guru.

Pahlawan bukanlah hanya seorang yang rela berkorban darah demi sebuah tujuan, dan merdeka bukanlah hanya sebuah pengakuan yang tertulis dan terlihat. Guru merupakan seorang pahlawan walau dia tak pernah mengorbankan darahnya. Dia mengajar, membimbing, menjadi teladan menuju sebuah kemerdekaan. Kemerdekaan dari kebodohan serta kemiskinan dengan ilmu yang telah diajarkan olehnya. Apakah pernah terpikirkan seorang guru untuk menjadi pahlawan? Sungguh tidak, namun gelar itu telah tersemat dengan gagahnya karena apa yang telah dilaksanakannya.

Ada sebuah bibit tanaman, yang jika ditanam dengan baik maka dia akan memberikan dampak dan hasil yang dapat digunakan selama-lamanya ketika tanaman itu dipanen. Memang, perlu kesabaran menunggu bibit itu siap untuk dipanen, perlu waktu yang lama, bahkan memerlukan biaya yang tidak sedikit agar bibit itu tetap terjaga subur dan segar. Bibit itu memerlukan pot atau ladang yang luas, pupuk yang subur, air yang cukup, udara yang segar, cahaya yang menyinari di kala dia membutuhkan, serta seorang yang dapat memperhatikannya dengan baik setiap hari. Segala hal perlu diperhatikan untuk meraih panen yang maksimal, dan itu semua tidak mudah, karena hasil yang luar biasa lahir dari usaha yang luar biasa. Tahukah anda? Ternyata bibit tanaman itu adalah kita, karena bibit tanaman itu bernamakan manusia.

Manusia yang mendapatkan pendidikan yang baik ibarat ditanam dengan cara yang baik. Hal-hal yang berhubungan dengan suburnya tanaman itu adalah faktor-faktor pendidikan yang menunjang dan mempersiapakan dirinya menjadi generasi yang luar biasa suatu hari nanti. Ketika dipanen, maka dia siap memberikan kesejahteraan bagi mereka yang berada di sekitar dirinya. Ibarat para petani yang telah memasuki musim panen, maka tibalah waktunya para petani untuk berbahagia.

Apakah panen maksimal dan generasi yang luar biasa tersebut dapat kita raih tanpa bantuan sosok seorang guru? Tentunya tidak. Apakah kita pernah berpikir jasa seorang guru yang sangat luar biasa? Tentunya jarang. Apakah pernah terlintas dalam pikiran kita bahwa kita menjadi seperti saat ini karena seorang guru? Tentunya setiap orang akan memberikan pendapat yang berbeda. Namun, walau tanpa memikirkan pertanyaan-pertanyaan tadi pun pasti kita telah menyadari bahwa seharusnya ada sebuah rasa terima kasih yang harus segera kita haturkan kepada para guru.

Sungguh luar biasa membicarakan sosok seorang guru di mata dunia, di mata orang-orang sukses, di mata orang-orang pandai, karena mereka pasti sepakat bahwa tak ada pahlawan yang lebih berjasa bagi mereka selain guru. Berbicara tentang guru adalah berbicara tentang masa depan, ketika guru itu baik maka dapat diambil kesimpulan bahwa generasi-generasi yang baik dan merdeka dari segala kebodohan akan segera lahir. Generasi yang baik tersebut akan senantiasa memberikan kontribusi yang luar biasa bagi dirinya, keluarganya, bangsanya, serta negaranya.

Melihat Indonesia yang semakin hari semakin kehilangan jati diri dan martabatnya sebagai bangsa yang maju, yang semakin hari semakin dijajah secara tidak langsung oleh negara lain, maka tersirat sebuah kewajiban dan perintah untuk segera membenahi segala hal, terutama membenahi generasi penerus bangsa ini untuk meraih kemerdekaan yang sebenarnya. Maka satu hal yang perlu diingat, generasi penerus yang baik tersebut takkan pernah lahir dan takkan pernah siap untuk dipanen tanpa campur tangan seorang guru. Guruku, Pahlawanku.

Kini menjadi tugas kita bersama untuk senantiasa mengajarkan kepada anak cucu kita betapa berjasanya guru-guru kita di masa depan kelak, dan untuk senantiasa menjaga kaarifan kita sebaga bangsa besar dan beradab.

 

Komentar atas GURUKU PAHLAWANKU

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
 

Sinergitas Program

Layanan Mandiri


Silahkan datang ke Kantor Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.

Masukan NIK dan PIN

Komentar Terkini

Statistik Pengunjung

Hari ini
Kemarin
Jumlah pengunjung

Lokasi Desa Badamita